STRATEGI MEMELIHARA PARTISIPASI PEMILIH

Bandung, kab-bandung.kpu.go.id – Memelihara itu lebih sulit daripada mencapainya, memelihara menjadi sebuah tantangan. Pada saat pelaksanaan Pemilihan Tahun 2020 kemarin kita ditantang untuk mecapai partisipasi pemilih yang ditargetkan, pasca pemilihan kita ditantang lagi bagaimana memelihara partisipasi tersebut, hal inilah yang menjadi dasar kami pada webinar ini, ungkap Ketua KPU Kabupaten Bandung, Agus Baroya, sebagai pengantar dalam Webinar Ngopi D'lu (Ngobrol Pintar Demokrasi dan Kepemiluan) dengan tema "Strategi Memelihara Partisipasi Pemilih" yang diselenggarakan oleh KPU Kabupaten Bandung, Rabu (2/6/2021).

Idham Holik, Anggota KPU Provinsi Jawa Barat, pada kesempatan ini bertindak selaku pemantik, menyampaikan bahwa tidak ada demokrasi tanpa partisipasi, karena partisipasi itu merupakan bentuk kedaulatan rakyat. Demokrasi merupakan bagian dari pembangunan, pembangunan akan bagus jika proses demokrasinya berjalan dangan baik. Masa depan negara dengan sistem politik demokrasi, sangat bergantung pada budaya berdemokrasi warganya, khusus dalam berpemilu. Praktik demokrasi bergantung pada budaya demokrasi, dan budaya demokrasi bergantung pada diri kita sendiri. Adapun faktor-faktor penurun kuantitas dan kualitas partisipasi elektoral meliputi: 1) Apatis politik (political apathy); 2) Sinisme politik; 3) Absensi atau golput (abstension); 4) Pragmatisme politik; 5) Perilaku politik partisan; 6) Partisipasi termobilisasi. Lebih lanjut Idham menyatakan jika proses Demokrasi itu tidak statis tetapi dinamis. Kita penyelenggara harus memiliki strategi, strategi sosialisasi & pendidikan pemilih. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Stratregi ini bisa dilaksanakan dengan Komunikasi Langsung, Komunikasi Media, Kolaborasi (dengan Stakeholders), Program Desa Peduli Pemilu, dan Voluntirisme Electoral (relawan berbasiskan Komunitas pemilih).

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia, ujar Yudaningsih, Anggota Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat, membuka pemaparannya sebagai narasumber. Informasi adalah nutrisi yang penting bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosial seseorang. Tidak akan ada literasi tanpa keterbukaan Informasi, hak publik sendiri yaitu mendapatkan hak informasi. Lebih lanjut disampaikan, faktor pendukung partisipasi politik diantaranya 1) Pendidikan Politik, 2) Budaya Politik, 3) Kesadaran Politik, dan 4) Sosialisasi Politik. Adapun komponen-komponen komunikasi politik yang melliputi komunikator politik, pesan politik, media politik, komunikan politik, dan efek.

Yudaningsih menerangkan jika partisipasi pemilih dapat dipelihara dengan banyak cara, diantaranya melalui sosialisasi dan pendidikan pemilih melalui media online. Media online memiliki banyak kelebihan maupun kekurangan tentunya. Kelebihan Media Online meliputi: a) Cara kerja penyebaran informasi sangat cepat; b) Informasi atau data lama bisa dibuka kembali dengan gampang sewaktu-waktu; c) Bentuk konten yang disajikan sangat bermacam-macam, yaitu teks, foto, audio, video; dan d) Bisa diakses dengan gampang dari mana saja dan kapan saja, serta penggunaannya praktis dan fleksibelPara pengguna media online bisa saling berinteraksi. Kekurangan media online, diantaranya: 1) Informasi yang dimuat tak selalu akurat dan kurang komplit sebab lebih mengutamakan aktualisasi; 2) Pengguna harus mempunyai perangkat yang mensupport dan koneksi internet yang stabil; dan 3) Penggunaan media online dalam jangka panjang dapat menyebabkan mata lelah dan gangguan kesehatan mata.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung, Asep Kusumah, turut menjadi narasumber memaparkan materinya. Berbicara permasalahan lingkungan maka sesungguhnya berbicara tentang Peradaban dan Perilaku ManusiaPotensi partisipasi masyarakat merupakan salah satu hal penting dalam mendukung keberhasilan pengelolaan lingkungan dengan pendekatan “Individual Basic” Penanganan permasalahan lingkungan harus dilakukan terus menerus, melibatkan banyak pemangku kepentingan, dan berbasis ekosistemSalah satu kesamaan isu Lingkungan Hidup dengan Isu Pemilihan, adalah sama-sama berbasis kewarganegaraan. Jadi tantangan terbesarnya adalah Edukasi. Edukasi menjadi pekerjaan besar dalam peningkatan kualitas dengan menerapkan Komitmen, Kolaborasi, dan Konsisten.

Strategi Memelihara Partisipasi Pemilih Berbasis Kader/Komunitas Lingkungan, diantaranya 1) Mampu menginventarisasi dan mengidentifikasi isu lingkungan hidup prioritas dan/atau teraktual; 2) Mampu menginventarisasi dan mengidentifikasi kader/komunitas lingkungan; 3) Memastikan menyusun Materi Kampanye yang memuat visi, misi, dan program yang pro-lingkungan dan berbasis masyarakat. Kita semua adalah sumber masalah bagi lingkungan, dan bisa juga menjadi sumber masalah bagi persoalan demokrasi, namun kita harus menyebar kebaikan, kebaikan akan menjadi sumber untuk memelihara keberhasilan bersama. (Humas KPU Kabupaten Bandung)

 

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 41 Kali.