STRATEGI MEMBANGUN INTEGRASI DATA PEMILU 2024

Bandung, kab-bandung.kpu.go.id – Webinar Digitalisasi Pemilu yang merupakan bagian dari webinar series kembali digelar oleh KPU. Acara tersebut disiarkan langsung melalui  chanel YouTube KPU pada Rabu (22/12/2021). Dalam webinar seri ke-7 (tujuh) ini, KPU mengangkat tema Strategi Membangun Integrasi Data Pemilu 2024 yang Efektif dan Efisien. Narasumber yang dihadirkan pada kesempatan ini berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB) serta Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRAIN).

Ketua KPU, Ilham Saputra, mengungkapkan kegiatan ini merupakan upaya peningkatan kapasitas dalam rangka memperkuat jaringan teknologi informasi untuk mendukung pelaksanaan Pemilu dan Pemilihan Tahun 2024. KPU telah menyerahkan big data terkait hasil Pemilu dan Pemilihan Tahun 2019 kepada Pemerintah. KPU harus mencari metode yang tepat, efisien dan efektif dalam menyimpan data-data hasil pemilu maupun pemilihan. Yang menjadi catatan saat ini menurut Ilham adalah, KPU tidak memiliki informasi atau data terkait hasil Pemilu Tahun 2004, 2009 dan 2014 di level bawah seperti kecamatan, bahkan kabupaten/kota. Oleh karenanya, KPU membuat Sistem Informasi Penghitugan Suara (Situng) pada tahun 2019 dan menjadikannya sebagai data pemilu yang ada di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota.

Marsudi Wahyu Kisworo dari BRAIN menyampaikan tentang strategi membangun data pemilu yang terintegrasi dengan pendekatan arsitektur enterprise. Pemilu pada prosesnya melibatkan banyak pihak, sehingga tahun 2024 nanti akan menjadi pemilu yang cukup kompleks. Agar kerumitan tersebut terlihat mudah, satu-satunya cara menggunakan teknologi digital. Dalam sistem informasi ada yang dinamakan dengan pendekatan arsitektur enterprise, yaitu dengan merancang arsitektur (planning) terlebih dahulu kemudian implementasi. Ada 2 (dua) acara bagaimana mengintegrasikan sistem, yaitu secara fisikal, dengan membangun sistem monolitik dan terintegrasi dengan menggunakan 1 (satu) basis. Namun integrasi fisik jarang dilakukan karena memiliki risiko yang tinggi. Berikutnya adalah integrasi logikal, yaitu membangun konektivitas yang seamless diantara sistem-sistem yang heterogeny. Integrasi logikal saat ini menjadi trend dan paling sering digunakan. Integrasi logikal dapat dilakukan dengan integrasi data yang membuat semua sumber data dapat diakses seolah-olah secara logikal berada di satu tempat, juga dapat dilakukan dengan membangun konektivitas antar aplikasi. Terlebih dahulu kita menentukan standar apa saja yang digunakan sebagai sarana komunikasi antar aplikasi, baik menggunakan middleware atau menggunakan antarmuka pemrograman (API) yang distandarkan. Dengan demikian antar aplikasi bisa saling berkomunikasi, sehingga terbangun interoperabilitas antar komponen meskipun berbeda-beda data yang digunakan bersama oleh semua pemakai berdasarkan otoritasnya.

Model integrasi data terdiri dari federated database, service bus, data warehouses, dan virtual database. Dari keempat model tersebut, model service bus merupakan model paling sederhana dan mudah diimplementasikan. Sementara integrasi aplikasi dapat dilakukan dengan cara middleware, yakni sebuah program yang memberikan fasilitas interaksi antar aplikasi, sehingga dapat saling bertukar data. Kemudian terdapat Application Programming Interface (API) untuk memudahkan sinkronisasi antar multi organisasi, mudah direlokasi, mudah diskala, mudah didistribusikan dan mudah dalam penggantian. Terdapat 3 (tiga) jenis API, yaitu Local API, Program API, Web API atau Web Service, dimana aplikasi dapat saling berinteraksi dijaringan luas seperti Internet menggunakan arsitektur World Wide Web (protokol HTTP).

Apapun teknologi yang dipilih, untuk dapat menerapkannya diperlukan arsitektur terlebih dahulu, yaitu gambaran tentang organisasi yang berisi proses bisnis, data, aplikasi dan infrastruktur teknologi informasi, yang dirancang dan diterapkan secara terpadu untuk membantu berjalannya kegiatan organisasi dengan lebih efektif dan efisien. Marsudi juga menjelaskan dalam mengintegrasikan sistem terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu mengorganisasikan sumber daya, menentukan standar yang akan digunakan dan menegakkannya kepada semua pihak, dukungan terhadap system legacy, merancang arsitektur enterprise, membangun access policy terhadap data dan aplikasi untuk semua karyawan maupun mitra, baik on site maupun off site, centralized IT services and support, back-up, recovery and security, juga standardization.

Gusti Ayu Putri Saptawati dari ITB membahas mengenai model integrasi data pemilu yang diusulkan agar dapat lebih mudah diimplementasikan. Arsitektur umum aplikasi KPU yang diusulkan oleh ITB mengacu pada referensi arsitektur aplikasi SPBE (Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik) Nasional. Aplikasi terbagi dua, yaitu aplikasi umum untuk layanan publik dan layanan administrasi pemerintahan, serta aplikasi khusus, yakni aplikasi yang dibangun untuk memenuhi tugas dan fungsi KPU secara khusus yang tidak ada di lembaga atau instansi lainnya. Gusti mengungkapkan pihaknya telah menyusun aplikasi khusus kepemiluan yang terintegrasi. Sedikitnya terdapat 13 (tiga belas) aplikasi, diantaranya: (1) Aplikasi Pencatatan Partai Politik; (2) Aplikasi Calon Peserta Pemilihan; (3) Aplikasi Penetapan Pemilih; (4) Aplikasi Penetapan Daerah Pemilihan; (5) Aplikasi Pencatatan Pelaksanaan Kampanye; (6) Aplikasi Pencatatan Dana Kampanye; (7) Aplikasi Pencatatan Pemungutan Suara; (8) Aplikasi Perhitungan Rekapitulasi dan Penetapan Hasil; (9) Aplikasi Pengelolaan Logistik Pemilihan; (10) Aplikasi Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM); (11) Aplikasi Case Management; (12) Big Data Analytics; serta (13) Portal Kepemiluan. (Humas KPU Kabupaten Bandung)

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 56 Kali.