BEDAH ASAL USUL MANAJEMEN PEMILU INDONESIA

Bandung, kab-bandung.kpu.go.id – KPU Kabupaten Bandung mengikuti Peluncuran dan Bedah Buku berjudul Asal Usul Manajemen Pemilu Indonesia secara daring pada Senin (18/4/2022). Buku yang ditulis oleh Viryan Azis, Anggota KPU RI Periode 2017-2022 tersebut, merupakan hasil penggalian selama tiga tahun sang penulis yang mencoba merekontruksi dan menelusuri perihal sejarah penyelenggara pemilu Indonesia, untuk membentang jejak pemilu Indonesia hingga ke akarnya. Menghadirkan Prof. Anhar Gonggong, Prof. Valina Singka Subekti, Hasim Asy’ari Ph.D serta Kevin Evans selaku narasumber sekaligus pembedah dalam Peluncuran dan Bedah Buku berjudul Asal Usul Manajemen Pemilu Indonesia ini.

Buku tersebut menurut Viryan, disusun beranjak dari sebuah pertanyaan mengenai kapan tanggal lahir penyelenggara Pemilu, namun menurut Viryan menelusuri sejarah penyelenggara pemilu lebih dari sekedar tanggal, sehingga asal usul menjadi penting agar dapat dipahami adanya penyelenggara pemilu saat ini. Terdapat tiga hal yang perlu didalami yakni pertama, mengenai jejak demokrasi tua di Nusantara; kedua, menyangkut masa lalu sebelum Indonesia ada; dan ketiga darimana asal usul manajemen pemilu di Indonesia sebagai alat untuk demokrasi elektoral dan bagaimana penerapannya.

Indonesia mempelajari demokrasi dari sejumlah negara, namun praktek dan nilai demokrasi telah ada sejak jaman dahulu. Sehingga dapat ditegaskan bahwa bangsa Indonesia sesungguhnya merupakan bangsa yang demokratis. Asal usul manajemen pemilu Indonesia pada aspek penyelenggara yang pertama adalah Badan pembaharuan susunan yang dilantik pada tahun 1946 oleh wakil presiden Bung Hatta, dan yang kedua adalah mengadopsi sejumlah praktek pemilu lokal dari berberapa daerah seperti Minahasa dan Yogyakarta serta hasil kunjungan dan magang dari penyelenggara pemilu kedua yang bernama Kantor Pemilihan Pusat.

Prof.Dr. Anhar Gonggong, Dosen Pasca Sarjana Universitas Indonesia, bertindak sebagai pembedah pertama buku. Menurut beliau buku tersebut merupakan buku yang pertama kali menyusuri pencarian proses dari awal hingga saat ini yang membuat bangsa Indonesia menemukan sebuah cara dalam kehidupan berdemokrasi, dan ditemukan bahwa terdapat demokrasi dalam bentuk tradisi. Buku tersebut menunjukan bahwa para pemimpin sebelumnya dalam proses mencapai Indonesia merdeka telah sejak awal menyatakan bahwa membangun Indonesia akan dilakukan secara demokrasi.

Prof. Valina Singka Subekti, Dosen FISIP UI yang juga pernah menjabat sebagai Anggota KPU Periode 2004-200 melihat bahwasannya di dalam buku tersebut berhasil mengungkap data-data empirik mengenai asal usul manajemen pemilu di Indonesia yang akan membantu dalam penyusunan kerangka sejarah penyelenggaraan pemilu di Indonesia secara lebih utuh dengan cara menarik akar sejarah semasa awal kemerdekaan. Dalam buku tersebut pula, terdapat sejarah pemilihan yang telah menggunakan asas-asas manajemen pemilu dan istilah-istilah kepemiluan yang digunakan di masa sekarang, yakni saat pemilihan Anggota Dewan di Minahasa pada tahun 1919. Hal menarik lainnya yang terdapat dalam buku tersebut disebutkan bahwa seorang tokoh perempuan di Minahasa yang bersuara keras memperjuangkan hak pilih bagi perempuan, mengingat saat itu perempuan tidak diberikan hak pilihnya. Valina juga mengapresiasi mengenai pentingnya tanggal lahir bagi KPU sebagai Lembaga penyelenggara pemilu yang digagas oleh penulis.

Sementara itu, Ketua KPU RI, Hasyim Asy’ari yang juga bertindak sebagai narasumber, menurutnya buku Asal usul Manajemen Pemilu Indonesia ini untuk menjawab pertanyaan sederhana sang penulis mengenai hari lahir KPU sebagai penyelenggara Pemilu, namun pertanyaan tersebut sangat penting karena keberadaan KPU terutama kapan KPU dibentuk atau dilahirkan, selama ini belum mendapatkan jawaban yang memuaskan, dan penulis menjawab rangkaian-rangkaian pertanyaan yang muncul setelahnya yang tertuang dalam dalam buku tersebut.

Pada kesempatan terakhir, Kevin Evans selaku Indonesia Director The Australia-Indonesia Centre, yang telah lama aktif dalam kegiatan Kepemiluan untuk mengkaji kebijakan-kebijakan kepemiluan baik di Australia maupun beberapa negara lainnya. Menurutnya, sejarah harus menjadi guru bangsa dan merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Ada pengalaman dalam buku tersebut yang dapat menjadi catatan menurut Kevin, bahwa pemilu dengan urusan yang berbeda dilaksanakan pada waktu yang berbeda, namun ada semacam euforia atau obsesi di Indonesia saat ini untuk menyerentakkan semua Pemilu, obsesi tersebut telah ada sejak Pemilu tahun 1971, padahal sebelumnya para pemimpin negara sudah memahami bahwa  isu yang berbeda harus dibahas dan diselesaikan di waktu pemilihan yang berbeda, sejarah inilah yang telah dilupakan dalam obsesi untuk menyederhanakan proses pemilihan, pungkas Kevin. (Humas KPU Kabupaten Bandung).

Follow Us

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 71 Kali.